blur bg
Judulnya Adalah Namamu | Yogyakarta Book Party
Profile picture
Ibnoe ZikanDitulis pada 22 Mei 2025

Judulnya Adalah Namamu

Aku ingin mencintaimu, seperti pohon tunggal di gurun yang sunyi.

Ia berdiri sendiri, namun tetap teguh, menjadi satu-satunya tempatmu berteduh saat panas hidup menyengat. Tak ada pilihan lain—hanya dia yang setia, dan aku ingin menjadi setia sepertinya.

Aku ingin mencintaimu seperti kupu-kupu mencintai metamorfosa.

Berubah-ubah bentuk, namun tetap indah dalam tiap fasenya. Karena cinta sejati tak takut berubah, asal tetap bertumbuh menuju yang lebih utuh.

Aku ingin mencintaimu seperti udara.

Tak terlihat, tapi ada. Tak pernah habis, namun selalu kamu hirup. Menyatu diam-diam dalam napasmu, hadir dalam senyap tanpa pamrih.

Aku ingin mencintaimu seperti bianglala—

Mengajakmu berputar, naik dan turun dalam tawa, bukan derita. Membawamu ke atas hanya untuk melihat dunia lebih luas, dan ke bawah agar tak lupa cara bersyukur.

Aku ingin menjadi apa pun yang membuatmu merasa pulang:

kamarmu yang hangat, bajumu yang melindungi, selimutmu saat dingin datang.

Rumahmu yang senyap tapi menenangkan,

bantalmu yang tahu setiap air matamu, bahkan parfummu—agar aromaku tak pernah jauh darimu.

Sebab aku tak ingin kau mencari pelukan lain untuk menenangkan hatimu yang lelah.

Sebab cinta…

bukan tentang bentuk, tapi rasa.

Bukan tentang memiliki, tapi hadir—di saat yang paling dibutuhkan, dengan cara yang tak selalu terlihat.

Namun cinta sering tersesat, menepi di hati yang salah, dan lupa arah pulangnya.

Katanya, cinta itu rumah. Tempat kembali setelah letih menempuh dunia.

Tapi rumah pun bisa salah bangun, dan kita baru sadar saat atapnya mulai bocor oleh air mata.

Cinta adalah kepercayaan—

Menitipkan hatimu pada seseorang, berharap ia menjaga,

tapi tak jarang, cinta juga tergoda untuk percaya pada hati lain yang bukan miliknya.

Begitulah cinta, kadang licik, kadang polos. Kadang penuh harap, kadang penuh tipu daya.

Cinta bisa menjebak.

Membuatmu menggenggam harapan baru, padahal kisah lama belum selesai.

Membiarkan seseorang menanti, saat hatimu sudah berlayar ke dermaga lain.

Anehnya, cinta adalah luka yang gemar dinikmati oleh jiwa-jiwa yang sehat.

Kita tahu rasanya sakit, tapi tetap rela jatuh lagi.

Dan jika nanti—segala rencana hanya mengantar kita pada kata “selesai”…

Ingatlah: rumah bisa saja ditinggal,

tapi luka yang ditinggalkan tidak pernah benar-benar pergi.

Seseorang baru mungkin datang,

namun ia hanya akan menemukan reruntuhan,

dan bekas-bekas hati yang belum sembuh.

Kau mungkin terluka karena ini,

aku pun terluka karena kepergianmu.

Dan mungkin begitulah cinta yang paling jujur—

saling menyakiti, agar kita belajar mengisi kembali ruang-ruang yang pernah kosong.

Komentar

BARU
-- Tampaknya belum ada komentar --